Pemateri: Ustad Akmal Syafril
Sabtu, 05 Maret 2022
Hikmah dari suatu peristiwa hanya dapat dipetik oleh orang-orang yang mampu mengondisikan pikirannya untuk selalu bersih dan berpikir. Sehingga sebagai manusia yang masih diberikan kemampuan untuk berpikir, kita harus selalu bersyukur.
Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ yang menelisik peristiwa isra’j mi’raj sebagai peristiwa yang ghaib dan hanya dapat dimaknai oleh orang-orang yang berpikir. Isra’j mi’raj merupakan suatu peristiwa pertemuan antara para nabi dan rasul. Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Nabi Adam as pada langit pertama, lalu bertemu Nabi Isa as dan Nabi Yahya as pada langit kedua, bertemu Nabi Yusuf as di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun as di langit kelima, Nabi Musa as di langit keenam, dan Nabi Ibrahim di langit ketujuh, setelah itu beliau langsung naik menuju Sidratul Muntaha, kemudian beliau melampauinya untuk menghadap Allah SWT. Terdapat perdebatan tentang tahun terjadinya Isra’ Mi’raj, namun dipastikan peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi diantara waktu ketika Nabi Muhammad SAW sedang melakukan perjalanan ke Thoif dan Hijrah.
Ulama menafsirkan bahwa Mi’raj kaum muminin adalah sholat, yaitu bertemunya hamba kepada Rabb Penciptanya, Allah, melalui ibadah lima waktu dalam sehari. Ulama menjelaskan bahwa terdapat tiga peristiwa dalam Isra’ Mi’raj. Pertama, pertemuan antara nabi dan rasul sebanyak dua kali, yakni pertama ketika naik ke Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan nabi dan rasul, dan kedua ketika sholat. Para nabi dan rasul dipimpin shalat oleh Nabi Muhammad SAW. Kedua, menyaksikan kebesaran Allah, dan Ketiga menyaksikan berjumpa dengan Allah SWT.
Terdapat lima hikmah yang harus diketahui dan diterapkan oleh setiap orang. Pertama, belajar dari orang terdahulu. Perlu diperhatikan bagaimana nabi kita belajar dari para pendahulu. Rasullah saw diajak untuk mengenang para pendahulunya oleh Allah SWT, individualitas adalah mentalitas yang sangat dijauhi dalam islam, karena ia mencegah manusia belajar dari orang lain. Sehingga kita dituntut untuk selalu menghayati banyak cerita dari para pendahulu agar tidak memiliki karakter yang buruk. Bagaimana cara kita menjadi hebat jika kita tidak mau mengakui kehebatan orang-orang terdahulu? Dari kehebatan dan pencapaian orang lain (terdahulu) bisa membuat kita mengetahui hal-hal yang tidak pernah kita lalui, tapi bisa kita ketahui.
Kedua, mampu menyaksikan kebesaran Allah SWT. Menyaksikan kebesaran Allah SWT adalah suatu pengalaman yang sangat penting bagi manusia. Tersebab, hanya dengan cara tersebut kita bisa belajar menghadapkan diri kita pada posisi yang benar di hadapan Allah SWT. Melihat fenomena di dalam alam semesta ini sama dengan kita mempelajari kebesaran Allah, kita hanya perlu membuka mata.
Ketiga, Allah maha pembolak-balik keadaan. Terkadang Allah membuat kita merasa menjadi orang yang paling menderita, lalu dengan sekejab membuat kita menjadi orang yang paling Bahagia, hal tersebut sesuai dengan bagaimana cara kita menghadapi permasalahan tersebut. Sebuah rasa yang tidak pasti tidak baik untuk diperlihara, maka ketika merasa menjadi orang yang paling menderita kita harus selalu berusaha dan bersyukur, karena pada setiap peristiwa pasti ada kebaikan di dalamnya.
Keempat, sholat sebagai sumber kekuatan kaum muslim. Pada saat peristiwa isra’ mi’raj, turunlah perintah Allah SWT kepada kita untuk sholat. Melalui sholat, kaum muslimin mendapat kekuatan dari Allah SWT meski sedang dihujani oleh ujian yang berat, maupun musibah yang sedang dihadapi. Sholat merupakan sumber keyakinan kuat kaum muslimin bahwa kelak suatu hari nanti Allah SWT pasti akan memenangkan islam, meskipun saat ini banyak kaum muslimin yang tertindas dan dihinakan, misalnya saudara muslimah kita di India, saudara muslim kita di Syria, Palestina, Xianjiang, Yaman, dan Afghanistan. Sholat merupakan bukti kekuatan dan keyakinan terhadap Allah SWT.
Kelima, ketersambungan Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa sebagai basis dakwah. Peristiwa isra’ mi’raj memberikan kita semua pengetahuan bahwa adanya dua masjid besar, yakni Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa, yang merupakan lini penghubung serta basis dalam dakwah Islam. Keduanya merupakan bangunan yang sangat bersejarah sekaligus penyambung dakwah Islam di seantero bumi.
Berdasarkan lima poin di atas, semoga kita termasuk sebagai orang-orang yang selalu taat dan mampu menghayati banyak hal-hal baik yang ada disekeliling kita, menjadi seseorang muslim yang taat adalah suatu hidayah yang harus dijemput, maka selalulah belajar, jangan pernah berhenti belajar, baik dari masa lalu maupun dari apa yang sedang terjadi.