Pemateri: Ustadz Wildan Ahmad, Lc
Sabtu, 26 Maret 2022
Kesiapan rohani merupakan modal utama dalam menyongsong ramadhan, karena tujuan puasa agar kita bertakwa, maka sudahkan hati kita bersih dan suci untuk menerima takwa dari Allah SWT?
Membaca Al Quran dikatakan sebagai mukjizat, maka segala yang berhadapan dengan Al Quran pasti akan lemah. Karena pengetahuan manusia itu merupakan olah pikiran manusia, sedangkan Al Quran adalah wahyu Allah SWT. Maka ketika sang khaliq dan makhluk dihadapkan, Sang Pencipta pasti yang menjadi pemenang.
Wahyu adalah firman Allah, sedangkan penelitian manusia merupakan hasil dari apa yang ditemukan oleh manusia, sehingga bisa saja salah. Mengapa manusia berbeda pandangan terhadap penciptaan alam semesta? Yaitu karena rasa dan pikiran, sehingga, setiap orang memiliki perbedaan penafsiran. Akan tetapi, kita mempunyai barometer yaitu Al Quran dan Sunnah.
Kalau kita membuka Al Quran, Allah SWT bersumpah dengan makhluk-Nya, ketika Allah SWT bersumpah atas nama makhluk, berarti makhluk tersebut memilki keuatamaan di sisi Allah SWT. Tapi jika itu adalah manusia, manusia hanya boleh bersumpah kecuali atas Nama Allah SWT. Itu tugas kita sebagai hamba.
Dalam hal beragama kita tidak boleh bercanda, Nabi dalam menerima wahyu ibarat pahanya diinjak oleh gajah karena terlalu beratnya wahyu tersebut. Maka, seberat itu pula lah Nabi harus menyampaikan wahyu, sehingga agama ketika disampaikan harus serius. Boleh menggunakan bercandaan tapi dalam ranah lain selain agama.
Bagaimana kita menilai sesuatu benar atau salah?
Yang dapat kita lakukan yaitu dengan mengikuti barometernya, apakah sudah sesuai dengan firman Allah atau sunnah Nabi SAW atau belum? Karena perbedaan pendapat manusia itu yang sekarang masih diperbincangkan di khalayak, manakah yang Allah ciptakan pertama? Apakah monyet atau nabi Adam? Maka sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa yang diciptakan pertama oleh Allah SWT adalah Nabi Adam.
Asy Syams adalah surat Makkiyah yang turun di Mekkah, tetapi perlu dikritisi karena ada pula ayat-ayat atau surat yang turun di mekkah tetapi tidak dikatakan makkiyah tetapi dikatakan madaniyyah, seperti ayat yang Allah firmankan tentang kesempurnaan agama ini, itu ayat yang Allah turunkan di Mekkah namun oleh ulama dikatakan madaniyyah. Makiyyah adalah ayat yang diturunkan sebelum hijrah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan setelah hijrah. Maka Asy Syams merupakan surat makiyyah yang diturunakan sebelum hijrah.
Asy Syams
Dalam surah Asy Syams, Allah SWT bersumpah atas nama makhluk, kita bisa melihat bahwa ayat-ayat ini fokus pada banyak hal. 10 ayat pertama berfokus pada penampakkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, sehingga tanda-tanda yang Allah ciptakan ini (langit, bumi, gunung dll), menunjukkan betapa kuasanya Allah SWT. Betapa Allah SWT menciptakan Alam semesta ini dengan sangat luar biasa dan Allah juga yang mengaturnya.
Setelah Allah menujukkan tentang penciptaannya yang sangat luar biasa, kemudian Allah menunjukkan tentang jiwa kita yang sangat lemah. Dan jiwa kita ini lah yang akan berhadapan dengan Allah SWT. Bukankah Allah dalam surat Al Fajr memanggil kita, “wahai jiwa yang tenang?”.
Begitupula dalam hari kiamat, tidak ada manfaatnya harta dan anak-anak, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Maka seorang individu seharusnya memfokuskan diri untuk merawat/membina jiwanya, tidak hanya merawat fisiknya. Oleh karena itu, dalam surah ini disematkan pula tentang takziyatun nafs, “sungguh sangat berbahagia orang yang senantiasa membersihkan jiwanya” dan sungguh sangat merugi orang yang suka mengotori hatinya”.
Sering kali kita memperhatikan urusan raga, padahal ada hal lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan, yaitu jiwa. Memperhatikan nutrisi seharusnya tidak hanya untuk jasmani, tetapi juga untuk rohani. Sebagai contoh ketika kita tidak mandi selama 2 hari orang akan menjauhi karena bau dan dianggap jorok, lalu bagaimana saat orang tidak membersihkan jiwanya dalam waktu yang lama? Ketika seorang hamba bermaksiat, maka akan ditorehkan di hatinya itu noktah hitam. Semakin banyak ia melakukan maksiat, semakin hitam noktah itu dan ketika hatinya sudah hitam dan pekat, maka ia tidak mengenal lagi mana yang makruf dan mana yang mungkar. Dalam hal ini solusi yang bisa dilakukan adalah dengan bertaubat, dan dengan adanya ramadhan bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk bertaubat kepada Allah SWT.
Pertama, Wasyamsi waduha ha. Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan huruf wau. Menurut Al Imam Al Mujahid (muridnya para sahabat), wasyamsi berarti cahaya. Allah SWT bersumpah dengan matahari ini karena sangat diperlukannya matahari bagi manusia. Hanya saja terkadang kita melihat ke atas untuk mengamati cahaya matahari secara langsung padahal silau, dan kita lupa melihat ke bumi untuk sujud kepada Allah SWT. Banyak orang ingin melihat cahaya matahari dan bahkan ingin bisa menjangkaunya, sehingga lupa sujud kepada Allah SWT. Oleh karena itu dilanjut dengan waduha ha, karena duha itu adalah waktu sibuknya manusia, namun seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT akan menyempatkan diri untuk bersujud kepada Allah melalui shalat dhuha.
Kedua, wal qamari idha talaha. Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan makhluk setelahnya yaitu bulan yang mengiringi matahri. Hal ini memberi isyarat bahwa begitu penting adanya siang dan malam. Para ulama tafsir berpendapat ketika matahari tenggelam, maka muncullah bulan yang akan menyinari bumi dengan cahayanya. Keindahan cahaya rembulan tersebut menunjukkan betapa indahnya Allah sebagai Sang Pencipta cahaya tersebut. Maka dikatakan dan juga bulan yang mengiringi cahaya matahari.
Ketiga, wannahari idha jallaha. Ketika malam sudah berakhir, maka dimulai kembali dengan cahaya fajar. Bersumpahnya Allah terhadap siang ini dikarenakan banyak orang yang melalaikan waktu siang, bahkan menggantinya dari siang menjadi malam, dan malam menjadi siang. Perlu kita pahami betapa pentingnya siang, terutama setelah subuh, para ulama memakruhkan waktu setelah subuh untuk tidur karena itu adalah waktu yang penuh dengan keberkahan. Nabi SAW bersabda yang artinya “umatku ini akan senantiasa mendapatkan keberkahan-keberkahan selama dia beraktivitas di pagi hari”. Allah juga bersumpah dengan wal fajr (demi waktu subuh), dua rakaat sunnah fajar itu lebih baik daripada dunia dan seisinya. Sehingga Allah SWT bersumpah dengan siang hari karena banyak orang yang mementingkan aktivitasnya daripada beribadah kepada Allah, terutama saat berpuasa. Siang hari tetap menjadi waktu utama untuk bergerak dan beribadah kepada Allah SWT.
Keempat, wallaili idha yaghsya. Ketika matahari tenggelam atau waktu malam merupakan waktu dimana kita melepas sejenak apa yang dilaksanakan di siang hari, untuk mengumpulkan pundi-pundi kekuatan agar bisa beraktivitas di malam hari. Dalam surat An Naba, Allah menjadikan malam untuk beristirahat demi mengumpulkan pundi-pundi kesehatan atau mengumpulkan pula rasa untuk menggapai asa. Ketika Allah SWT menciptakan dunia ini, Allah tidak menghinakan waktunya, karena siang dan malam itu digunakan untuk beribadah.
Kelima, wassamaa i wama banaha. Dan juga langit artinya apa yang ada di alam semesta ini. Begitu indah dan sangat-sangat indah langit yang tanpa tiang dan langit itu tidak tergantung kepada bumi, sedangkan bumi tergantung kepada langit. Ini semua isyarat bahwa Allah itu tidak membutuhkan bumi, tapi bumi-lah yang membutuhkan Allah. Makna lainnya bahwa langit dengan segala isinya itu adalah Allah SWT yang mengaturnya..
Allah mengingatkan kita tentang penciptaan alam semesta ini bahwasanya semuanya tunduk kepada Allah SWT. Maka kemudian ketika ada orang yang mengatur alam semesta ini, itu adalah hoax. Manusia jangankan bisa menahan hujan, menahan BAK saja dia masih tunggang langgang. Itulah mengapa dakwah Tauhid memiliki peranan yang besar, ketika ini hilang, maka muncul-lah para “orang pintar” di dunia ini.
Dengan kita mempelajari ini, akan mengingatkan kita bahwa alam semesta dan seisinya tunduk kepada Allah. Karena sebagai ciptaan Allah juga, sudah sepantasnya kita tunduk kepada Allah SWT. Ayat-ayat ini juga mengingatkan betapa pentingnya waktu, saat ini kita hidup dan sebelum kita juga hidup, namun mereka sudah mati, maka akan ada saatnya kita mati. Maka orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan kehidupan setelah kematian dengan mengumpulkan bekal di dunia agar dapat hidup bahagia di akhirat kelak. Manusia hanya punya 3 waktu: kemarin (hari yang telah kita lalui), saat ini (hari yang bisa kita gunakan), dan hari esok (hari yang belum tentu kita temui).
Terakhir, Allah SWT menunjukkan bagaimana Allah SWT menciptakan hari, bulan, siang, dan segala yang ada di alam semesta ini, jika kita memikirkannya hanya dengan akal, ingat bahwa akal kita terbatas. Manusia jika ingin meneliti tentang penciptaan Allah itu tidak akan mampu, karena ketika Allah menciptakan alam itu manusia belum ada, sehingga maka muncul teori-teori yang bisa benar ataupun salah. Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah SWT kembalikanlah semuanya kepada Al Quran dan Sunnah Nabi.
Sesi Pertanyaan
Ketika Allah SWT menciptakan langit dan bumi, maka kewajiban kita adalah merenungkan apa yang diciptakan Allah SWT, maka bagaimana kah cara kita menjaga bumi? Apakah ada ayat di dalam Al Quran yang mengingatkan akan pentingnya menjaga bumi?
Jawaban : Ketika Allah SWT menciptakan alam semesta, kemudian Allah mengingatkan kita tentang penciptaan-Nya, Allah SWT berfirman “dan pada dirimu sendiri, maka apakah engkau tidak memperhatikan?”. Untuk menjaga alam semesta ini, Allah mengingatkan kita tentang betapa luasnya alam semesta ini, termasuk Allah mengingatkan tentang:
- Bertakwalah kepada Allah diamanpun engkau berada : melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya sehingga muncullah insan yang beriman kepada Allah SWT
- Jikalau suatu masyarakat beriman kepada Allah SWT, maka Allah akan menurunkan keberkahan. (Contoh hujan yang memberikan manfaat, bukan hujan yang merusak). Namun ketika manusia kufur, maka Allah berpesan “telah nampak kerusakan di darat dan di laut karena tangan-tangan manusia” maka dengan iman menjadi bekal kita untuk menjaga alam semesta ini kita. Karena kerusakan oleh tangan-tangan manusia itu karena dosa-dosa mereka. Dan doa yang paling besar adalah syirik, sehingga munculnya pawang hujan itu menjadi heboh.
- Iringalah kejelekan dengan kebaikan, setiap kita berbuat buruk mari iringi dengan kebaikan, minimal istigfar. Ingat manusia itu pasti berbuat salah, dan setiap manusia punya kesalahn.
- Dan berakhlak lah dengan manusia dengan semua manusia.