Ramadhan: Momentum Refleksi Diri oleh Sylvia Nailuvary
Mahasiswi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi UGM
Ramadhan: Momentum Refleksi Diri
Bulan ramadhan sudah hampir usai, pertanda lebaran akan segera kita rayakan. Sedih sekali rasanya ditinggal oleh bulan ramadhan, terasa masih banyak yang belum bisa dilaksanakan secara optimal. Jika kita mau merefleksikan diri di bulan yang suci ini untuk lebih dekat dengan sang kuasa, sungguh sangat beruntung diri kita ini. Perjalanan bulan ramadhan di tahun ini alhamdulillah bisa saya gunakan untuk mengikuti berbagai kajian islami, aktifitas one day one juz, kegiatan webinar penelitian, dan masih banyak lagi yang alhamdulillah sangat bermanfaat, meskipun tidak lepas dari berbagai rintangan yang harus dihadapi.
Perjalanan usia yang sudah tidak belia lagi, serta pendidikan pasca yang hampir usai, maka perjalanan ini bukan untuk main-main lagi. Berproses untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik serta tidak melupakan kewajiban sebagai umat islam merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menjadi pribadi yang luar biasa.
Bulan ramadhan tepatnya 1442 H, saya merasakan sesuatu yang berbeda, alhamdulillah saya dipertemukan teman-teman dari HIMMPAS UGM yang luar biasa, hingga akhirnya saya bisa masuk di komunitas pecinta al-quran, kemudian satu frekuensi , dan masih banyak lagi yang lain yang menurut saya mampu menjadikan perjalanan ramadhan di tahun ini lebih berkah dan bermakna.
Malam Menjelang Syawal oleh Ratih Rakasiwi
Mahasiswi Magister Farmasi Klinik
Malam Menjelang Syawal
Pernahkah menghitung sudah berapa kali Ramadhan datang menyapamu?
Dan di antara sapaannya, berapa persen target Ramadhanmu yang dapat tercapai sepenuhnya?
Teringat dulu ketika masih kecil, rangkaian ibadah ramadhan dari puasa hingga tarawih dilakukan semata demi 5000 rupiah yang setiap hari akan diberikan ayah selepas pulang dari mushola, masuk celengan dengan harapan sebelum raya dapat dipecah dan digunakan untuk membeli baju baru.
Tumbuh sedikit lebih besar, tujuannya juga sedikit mengalami perubahan. Dari demi uang dan baju baru kemudian berevolusi menjadi demi memenuhi jurnal Ramadhan sebagai tugas pelajaran PAI, untuk memenuhi kolom rangkuman ceramah dan tanda tangan imam tarawih, agar dapat nilai bagus (._.
Lalu, bagaimana dengan masa setelahnya hingga sekarang?
Munculnya hilal Ramadhan selalu menghadirkan semangat baru untuk memulai kembali pendekatan kepada Allah setelah bulan-bulan sebelumnya sangat lalai. Kemudian pasang target dengan ekspektasi yang tinggi.
Tahun ini tabungan amal akan menjulang,
semangat ibadah akan dikayuh lebih kencang,
ribuan ayat suci akan terlantun penuh sebulan.
Nyatanya hanya berakhir halu,
betapa payah tidak ada perubahan sedari dulu,
kalah dengan kuda-kuda pacu, yang semakin mendekati finish semakin laju.
Berkali bertekat punya banyak amal,
nyatanya urusan dunia tak pernah gagal menjegal.
Ekspektasi hanya bersisa ekspektasi tanpa realisasi.
Tapi, tak mengapa bukan jika masih terus menaruh harap kepada Sang Maha Kuat?
Kata ulama, “Jika belum mampu bersaing dengan para shalihin dalam ibadahnya, maka berlombalah dengan pendosa dalam taubatnya.”
Mudah-mudahan Allah mampukan untuk bangkit walau hanya dengan amal yang sedikit.
Mudah-mudahan Allah izinkan untuk bersua dengan Ramadhan yang akan datang.